Jumat, 14 November 2014

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِدِنَا مُحَمْدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَ كُمُ اللهُ، اِتَّقُوا للهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Melalui khutbah jumat ini, khathib mengajak jama‘ah seluruhnya untuk selalu meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah Subhanahu wa-Ta‘ala. Ketakwaan yang dimaksud adalah mengerjakan semua yang diperintah oleh Allah dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.

Kaum muslimin rahima kumullah...
Telah banyak berita-berita yang muncul di media televisi dan koran tentang kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya. Bahkan, yang lebih parahnya ada yang membunuh orang tuanya dan lain-lain. Tampaknya masyarakat juga tidak bisa menutup mata dengan fakta yang terjadi di lapangan. Kemudian kemirisan ini pun bukan hanya terjadi masa modern ini, tetapi sudah terjadi jauh sebelum kita dilahirkan. Padahal, tahukah saudara? Ada keutamaan yang luar biasa ketika manusia berbakti kepada kedua orang tua. Khutbah yang singkat ini menguraikan tentang bagimana kedudukan orang tua di rumah tangga dan balasan bagi yang berbakti kepada keduanya. Alquran surat al-Isra' ayat 23 menjelaskan:

Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.
Masya Allah, ternyata berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban. Bagaimana tidak? Karena Allah langsung yang menjelaskan melalui ayat di atas, yaitu hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Bahkan berbakti kepada keduanya menempati hal nomor dua setelah mentaati Allah yaitu tidak mempersekutukan-Nya.
Dalam tafsir al-Mishbah karya Prof. M. Quraish Shihab menyatakan ada dua makna kata (إِحْسَان), pertama memberi nikmat atau nafkah dan kedua berbuat baik tidak hanya memberi nikmat, tetapi lebih tinggi dari kata adil, yaitu memberi lebih banyak daripada yang harus anda berikan dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya anda ambil.
Harus dipahami bahwa berbakti kepada orang tua adalah bersikap sopan kepada keduanya sehingga ia merasa senang dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan keduanya yang sah dan wajar sesuai dengan kemampuan seorang anak. Meskipun orang tua tersbut berbuat kesalahan terhadap anak, maka sang anak harus menganggapnya tidak ada, karena pada hakikatnya tidak ada orang tua yang bermaksud buruk kepada anaknya.[1]
Jangankan untuk berbuat jahat kepada keduanya, sedangkan berkata “ah” saja tidak diperbolehkan dalam agama. Sebagiamana ayat di atas menyebutkan  Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Bagaimana dengan kita hari ini? Adakah berbakti sesuai dengan yang disampaikan ayat ini?
Bagaimana tidak, ini akan diganjari surga? Karena berbakti kepada orang tua adalah perintah Allah SWT. Surga itu tidak jauh untuk digapai, ia adalah orang tua kita. Surga itu tidak sulit untuk dicapai, ia ada di rumah kita. Kemudian tidak heran lagi bahwa Rasulullah bersabda melalui hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmizi, yaitu:

رِضَا اللهِ فِيْ رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطَ اللهِ فِيْ سُخْطَ الْوَالِدَيْنِ

Artinya:
Ridha Allah tergantung ridha kedua orang tua dan murka Allah tergantung murkanya orang tua.
Dari khutbah yang singkat ini dapat disimpulkan dua hal. Pertama berbaktilah kepada keduanya karena itu merupakan perntah Allah. Kedua, berbaktilah kepada keduanya karena surga ada di bawah telapak kakinya dan keridhaan Allah tergantung keridaan keduanya.
Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga bisa menjadi renungan.
فَاعْتَبِرُوْا يَا أُولِى الأَبْصَارِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ...


[1]M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 444-445.

Minggu, 22 Juni 2014

Doa-doa Tahlil



DOA TAHLIL

أَعُوْذُ باللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. اَلحَْمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ ، حَمْدًا الشَاكِرِيْنَ حَمْدًا النَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُّوَا فِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَةً ، يَا رَبَّنَا لَكَ الحَْمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، وَلِجَمِيْعِ المُْسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالمْؤُْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاتََنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَناَ وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَعَبُّدَناَ وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَناَ يَا أَ اللهَ يَا رَبَّ الْعَالمَِيْنَ.(Doa shalat)

اَللّهُمَّ اصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ  قُلُوْبِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاءِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوْبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.(Doa dalam perkumpulan)

اَللّهُمَّ اجْعَلْنَا شَكُوْرًا وَاجْعَلْنَا صَبُوْرًا وَاجْعَلْنَا فِي عَيْنَا صَغِيْرَا وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ كَبِيْرًا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. (Doa syukuran)

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَْاسِرِيْنَ.اَللّهُمَّ اجْعَلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ مِنَ اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَمَا هَلَّلْنَا وَمَا سَبَّحْنَا وَمَا اسْتَغْفَرْنَا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ آَبائِنَا وَلأُِمَّهَاتِنَا وَلأَِجْدَادِنَا وَلِجَدَّاتِنَا وَلأُِسْتَاذِنَََا وَلِقَرَبَاتِنَا وَأَهْلِنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُْسْلِمَاتِ وَالمُْؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. َاللّهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ. اَللّهُمَّ اجْعَلْ قُبُوْرَهُمْ رَوْضَةً مِّنْ رِّيَاضِ الْجَنَّةِ وَلاَ تَجْعَلْ قُبُوْرَهُمْ خُفْرَةً مِّنْ خُفْرٍ النِّيْرَانِ.رَبَّنَا اخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ وَلاَ تَخْتِمْ عَلَيْنَا بِسُّوْءِ الْخَاتِمَةِ.رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآْخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. سُبْحَانَكَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَ مٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةُ

Doa kedua

آمِيْنٌ يَا أَللهُ آمِيْنٌ يَا رَحْمَنْ آمِيْنٌ ياَ رَحِيْمَ آمِيْنٌ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. رَبَّنَا فَلاَ تَجْعَلْنَا فِي الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ. اَللّهُمَّ بِحَقِّ الْفَاتِحَةِ وَسِرِّ اْلفَاتِحَةِ يَا فَارِجَ الْهَمِّ يَاكَاشِفَ الْغَمِّ يَا مَنْ ِلعِبَادهِ يَغَفِرُ وَيَرْحَمْ، يَا دَافِعَ الْبَلاَءِ يَا اَللهُ يَا دَافِعَ الْبَلاَءِ يَا رَحْمَنَ يَا دَافِعَ الْبَلاَءِ يَا رَحِيْمَ.رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمِ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَآءَتْ مُسْتَقَرًّا وَّمُقَامًا. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَآءَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَكِيْمُ اْلكَرِيْمُ سُبْحَانَ رَبِّ  الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Jumat, 20 Juni 2014

Pendidikan Bulan Ramadhan


Sungguh Allah menurunkan bulan suci Ramadhan dan mewajibkan umat-Nya berpuasa bukanlah tidak ada tujuan. Sebagaimana perintah dan tujuan itu termaktub dalam Aquran surat al-Baqarah 183: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
            Melalui ayat di atas, jelaslah bahwa tujuan utama bulan Ramadhan adalah mendidik manusia agar bertakwa. Namun,  untuk menjadi manusia yang bertakwa, harus dulu cerdas memahami dan melaksanakan nilai-nilai pendidikan di dalamnya. Minimal, ada tiga pendidikan pada bulan Ramadhan, yaitu:
(1). Ramadhan mendidik umat untuk disiplin
Tidak bisa pungkiri bahwa nilai kedisiplinan itu telah diajarkan oleh Allah pada bulan Ramadhan. Ketika melaksanakan puasa, pertama kali kita dianjurkan sahur dan sahur pun disunahkan akhir malam. Sebagaimana hadis Rasulullah mengatakan:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ نَبِىَّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ تَسَحَّرَا ، فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِىُّ اللَّهِصلى الله عليه وسلم – إِلَى الصَّلاَةِ فَصَلَّى . قُلْنَا لأَِنَسٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِى الصَّلاَةِ قَالَ قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً.  ((رواه البخاري ومسلم))
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa-Sallam dan Zaid bin Tsabit pernah makan sahur. Nabi pun berdiri untuk pergi salat, lalu beliau salat. Kami pun berkata kepada kepada Anas “Berapakah lama jarak antara selesai makan sahur dan subuh?”. Beliau menjawab, “Sekitar seseorang membaca 50 ayat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Biasanya manusia mulai melaksanakan kegiatan setelah Salat Shubuh}, tapi kali ini sudah diajarkan untuk bangun lebih awal, persiapan lebih awal dan berfikir pun lebih awal. Kenyataannya, justru insan mengabaikan pesan sunah ini, sahurnya dilaksanakan jam 2 atau 3 malam, hingga ia tertidur pulas dan Salat Shubuh pun jadi terlewatkan. Bahkan, diantara mereka menghabiskan harinya dengan banyak tidur, bermalas-malasan dan mengerjakan amalan yang sia-sia. Karyawan, siswa, mahasiwa, pedagang dan petani pun ikut bermalasan atau tidak disiplin hanya alasan berpuasa. Biasanya mereka mulai bekerja jam 7:30 wib. sampai 1:30 wib., tapi kali ini karena alasan puasa, pekerjaannya mulai jam 8:00 wib. hingga jam 10: 00 wib.
Pertanyaannya adalah “apakah itu bisa mendidik disiplin?” Tentu tidak!
(2). Ramadhan mengajarkan umat untuk berlaku hemat.
Pesan yang pertama sejalan dengan sahur dan berbuka, sebelum fajar makan sahur dan setelah terbenam matahari makan berbuka. Ada nilai hemat yang diajarkan disini, di hari-hari biasa makannya tiga kali sehari, namun kali ini hanya dua kali sehari. Pesan yang kedua sejalan dengan menaha nafsu di saat berpuasa, di hari-hari selain Ramadhan dengan enaknya menyantap makanan, ada uang barang dan makanan pun dibeli. Akan tetapi di hari ini, semua nafsu harus ditahan dan dilatih, serta tidak semuanya harus dimakan dan dibeli. Berbelanja sesuai kebutuhan dan bukan karena kehendak nafsu.
Kenyataannya justru berbanding terbalik, manusia justru menjadikan bulan ini ajang berfoya-foya. Saat berbuka, sudah dihidangkan makanan yang berlebihan, melebihi kadar gizi di hari biasanya. Lengkap dengan bubur, kue, lauk-pauk, dan jenis-jenis buahan lainnya sebagai hidangan penutup atau pembuka. Hingga mau menyambut lebaran, berbelanja melebihi kapasitas alias boros, pakaian melebihi kebutuhan, aksesoris melambangkan sikap pamer dan semuanya harus kelihatan baru.
Sebenarnya bukan itu yang dikehendaki, tapi makanlah secukupnya, berbelanjalah sesuai kebutuhan dan berhiaslah sewajarnya. Berbeda ketika kebutuhan yang berlebih itu dijadikan untuk infak, sedekah, membantu materil bagi yang membutuhkan dan amal sosial lainnya. Justru, ibadah tersebut anjuran Rasulullah agar tidak semuanya harus masuk ke perut dan dinikmati sendiri-sendiri. Bahkan, momen Ramadhan merupakan momen dilipatkan gandakan semua pahala. Pahala yang sunah dinilai seperti wajib dan yang wajib pun dinilai berlipat ganda. Ditambah lagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa-Sallam  bersabda ketika khutbah hari raya:
تَصَدَّقُوا تَصَدَّقُوا تَصَدَّقُوا... ((رواه مسلم))
Artinya:
Besedekahlah kalian, bersedekahlah dan bersedekahlah!..... (HR. Muslim)
(3). Bulan Ramadhan mendidik umat untuk dekat dengan tempat ibadah
Selama 29 atau 30 hari kita dekat dengan tempat ibadah. Mulai dengan Isya’, Tarawih, tadarusan, dan Salat ‘Idul Fithri. Ditambah lagi dengan acara MTQ, pesantren kilat, berbuka bareng dan lain-lain. Namun, pesan itu tidak dicerna dengan baik, belum Ramadhan berakhir jama‘ah sudah mulai berkurang, para suami banyak yang menemani istri berbelanja, ibu-ibu sudah disibukkan dengan membuat kue, yang merantau disibukkan pulang kampung dan anak-anak disibukkan dengan bermain petasan dan kembang api.
Padahal, Allah memberikan pahala yang berlipat ganda ketika ibadah itu dilaksanakan di Masjid atau Mushalla, terlebih itu pada bulan Ramadhan dan banyaknya jama‘ah yang datang. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa-Sallam  bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعِ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
Artinya:
Salat berjama‘ah itu lebih baik dari salat sendirian, (pahalanya) 27 derajat.
Kemudian, Allah akan memberikan petunjuk kepada mereka yang mamakmurkan masjid, sebagaimana dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 18: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan  bahwa melalui bulan Ramadhan  marilah kita berlaku disiplin, hemat dan selalu dekat dengan tempat ibadah. Agar kita meraih keutamaan-keutamaan, melalui pendidikan-pendidikan di dalamnya, serta untuk mencapai derajat takwa.


[1]Ditulis oleh Muhammad Isya, S. Hum, e-mail: muhammadisya92gmail.com.