Sungguh Allah menurunkan bulan suci Ramadhan dan
mewajibkan umat-Nya berpuasa bukanlah tidak ada tujuan. Sebagaimana perintah dan
tujuan itu termaktub dalam Aquran surat al-Baqarah 183: Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.
Melalui ayat di atas, jelaslah bahwa tujuan utama bulan Ramadhan adalah mendidik
manusia agar bertakwa. Namun, untuk
menjadi manusia yang bertakwa, harus dulu cerdas memahami dan melaksanakan nilai-nilai
pendidikan di dalamnya. Minimal, ada tiga pendidikan pada bulan Ramadhan,
yaitu:
(1). Ramadhan mendidik
umat untuk disiplin
Tidak bisa pungkiri bahwa nilai kedisiplinan itu telah diajarkan
oleh Allah pada bulan Ramadhan. Ketika melaksanakan puasa, pertama kali kita
dianjurkan sahur dan sahur pun disunahkan akhir malam. Sebagaimana hadis
Rasulullah mengatakan:
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ نَبِىَّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَزَيْدَ بْنَ
ثَابِتٍ تَسَحَّرَا ، فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِىُّ اللَّهِ
– صلى
الله عليه وسلم – إِلَى الصَّلاَةِ فَصَلَّى . قُلْنَا لأَِنَسٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ
فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِى الصَّلاَةِ قَالَ قَدْرُ مَا
يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً. ((رواه البخاري ومسلم))
Dari
Anas bin Malik bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa-Sallam dan Zaid
bin Tsabit pernah makan sahur. Nabi pun berdiri untuk pergi salat, lalu beliau
salat. Kami pun berkata kepada kepada Anas “Berapakah lama jarak antara selesai
makan sahur dan subuh?”. Beliau menjawab, “Sekitar seseorang membaca 50 ayat”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Biasanya manusia mulai melaksanakan kegiatan setelah Salat
Shubuh}, tapi kali ini sudah diajarkan untuk bangun lebih awal, persiapan
lebih awal dan berfikir pun lebih awal. Kenyataannya, justru insan mengabaikan
pesan sunah ini, sahurnya dilaksanakan jam 2 atau 3 malam, hingga ia tertidur pulas
dan Salat Shubuh pun jadi terlewatkan. Bahkan, diantara mereka menghabiskan
harinya dengan banyak tidur, bermalas-malasan dan mengerjakan amalan yang
sia-sia. Karyawan, siswa, mahasiwa, pedagang dan petani pun ikut bermalasan
atau tidak disiplin hanya alasan berpuasa. Biasanya mereka mulai bekerja jam
7:30 wib. sampai 1:30 wib., tapi kali ini karena alasan puasa, pekerjaannya
mulai jam 8:00 wib. hingga jam 10: 00 wib.
Pertanyaannya adalah “apakah itu bisa mendidik disiplin?”
Tentu tidak!
(2). Ramadhan
mengajarkan umat untuk berlaku hemat.
Pesan yang pertama sejalan dengan sahur dan berbuka,
sebelum fajar makan sahur dan setelah terbenam matahari makan berbuka. Ada
nilai hemat yang diajarkan disini, di hari-hari biasa makannya tiga kali
sehari, namun kali ini hanya dua kali sehari. Pesan yang kedua sejalan dengan menaha
nafsu di saat berpuasa, di hari-hari selain Ramadhan dengan enaknya menyantap
makanan, ada uang barang dan makanan pun dibeli. Akan tetapi di hari ini, semua
nafsu harus ditahan dan dilatih, serta tidak semuanya harus dimakan dan dibeli.
Berbelanja sesuai kebutuhan dan bukan karena kehendak nafsu.
Kenyataannya justru berbanding terbalik, manusia justru
menjadikan bulan ini ajang berfoya-foya. Saat berbuka, sudah dihidangkan
makanan yang berlebihan, melebihi kadar gizi di hari biasanya. Lengkap dengan
bubur, kue, lauk-pauk, dan jenis-jenis buahan lainnya sebagai hidangan penutup
atau pembuka. Hingga mau menyambut lebaran, berbelanja melebihi kapasitas alias
boros, pakaian melebihi kebutuhan, aksesoris melambangkan sikap pamer dan
semuanya harus kelihatan baru.
Sebenarnya bukan itu yang dikehendaki, tapi makanlah
secukupnya, berbelanjalah sesuai kebutuhan dan berhiaslah sewajarnya. Berbeda
ketika kebutuhan yang berlebih itu dijadikan untuk infak, sedekah, membantu
materil bagi yang membutuhkan dan amal sosial lainnya. Justru, ibadah tersebut
anjuran Rasulullah agar tidak semuanya harus masuk ke perut dan dinikmati
sendiri-sendiri. Bahkan, momen Ramadhan merupakan momen dilipatkan gandakan
semua pahala. Pahala yang sunah dinilai seperti wajib dan yang wajib pun
dinilai berlipat ganda. Ditambah lagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa-Sallam bersabda ketika khutbah
hari raya:
تَصَدَّقُوا تَصَدَّقُوا تَصَدَّقُوا... ((رواه مسلم))
Artinya:
Besedekahlah kalian, bersedekahlah dan bersedekahlah!..... (HR. Muslim)
(3). Bulan Ramadhan
mendidik umat untuk dekat dengan tempat ibadah
Selama 29 atau 30 hari kita dekat
dengan tempat ibadah. Mulai dengan Isya’, Tarawih, tadarusan,
dan Salat ‘Idul Fithri. Ditambah lagi dengan acara MTQ,
pesantren kilat, berbuka bareng dan lain-lain. Namun, pesan itu tidak dicerna
dengan baik, belum Ramadhan berakhir jama‘ah sudah mulai
berkurang, para suami banyak yang menemani istri berbelanja, ibu-ibu sudah
disibukkan dengan membuat kue, yang merantau disibukkan pulang kampung dan
anak-anak disibukkan dengan bermain petasan dan kembang api.
Padahal, Allah memberikan pahala
yang berlipat ganda ketika ibadah itu dilaksanakan di Masjid atau Mushalla,
terlebih itu pada bulan Ramadhan dan banyaknya jama‘ah yang
datang. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa-Sallam bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ
مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعِ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
Artinya:
Salat berjama‘ah itu lebih
baik dari salat sendirian, (pahalanya) 27 derajat.
Kemudian, Allah akan memberikan
petunjuk kepada mereka yang mamakmurkan masjid, sebagaimana dalam al-Quran
surat at-Taubah ayat 18: Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang
diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari
beberapa penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa melalui bulan Ramadhan marilah kita berlaku disiplin, hemat dan selalu dekat dengan tempat ibadah.
Agar kita meraih keutamaan-keutamaan, melalui pendidikan-pendidikan di
dalamnya, serta untuk mencapai derajat takwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar